Selain menyebabkan terganggunya roda perekonomian, kabut asap juga memberikan dampak buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI, menyebutkan bahwa ada beberapa macam gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat terpapar kabut asap, yaitu, iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, reaksi alergi, peradangan dan juga infeksi.
Mereka yang berusia lanjut dan anak-anak, juga mereka yang punya penyakit kronik dengan daya tahan tubuh rendah akan lebih rentan mendapat gangguan kesehatan.
Kabut asap juga memperburuk asma dan penyakit paru kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sejenisnya.
Selain itu kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan orang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
Begitu juga dengan kemampuan paru-paru dan saluran pernapasan mengatasi infeksi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi infeksi. Secara umum, maka berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
Apalagi bahan polutan di asap kebakaran hutan yang jatuh ke permukaan bumi juga mungkin dapat menjadi sumber polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
Dan yang paling sering adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi, utamanya karena ketidakseimbangan daya tahan tubuh, pola bakteri atau virus penyebab penyakit dan buruknya lingkungan.
Cara Mengurangi Resiko Dampak Buruk Akibat Kabut Asap
Untuk melindungi diri dari risiko gangguan kesehatan akibat kabut asap, Prof Tjandra menganjurkan agar kita mengurangi aktivitas di luar rumah atau gedung, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Kalaupun terpaksa pergi ke luar rumah atau gedung maka sebaiknya menggunakan masker.Minum air putih lebih banyak dan lebih sering. Usahakan agar polusi di luar tidak masuk ke dalam rumah atau sekolah atau kantor dan ruang tertutup lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar