Kamis, 22 Oktober 2015

#ComicTips: Skill Vs. Feel (By: @GePamungkas)


SUC semakin berkembang, dan banyak komika bermunculan baik di dalam maupun luar pulau Jawa. Premis, setup, serta punchline kini tidak hanya lucu—namun mengandung keunikan dan ciri khas bagi komika itu sendiri. Setlist yang rapih, dan teoritis kini menjadi tujuan utama para komika pemula, yang bahkan jam terbang openmic-nya dapat dihitung dengan jari. Biar gw memulai dengan kata-kata berikut; “Fuck skill, just feel!”

Setelah bepergian dari kota ke kota, dan bertemu para kawan komika, gw menemukan satu hal yang menarik. Beberapa comic cenderung mengutamakan dalam penggunaan analogi, rule of three, act out, call back, serta tehnik-tehnik lain dalam setlist-nya. Namun kenyataannya, materinya gak lucu. Alhasil, tentunya menimbulkan tawa…. comic nya sendiri yang ketawa, penontonnya sih kecewa!

Berikut adalah pertanyaan para komika yang sering dilontarkan ke gw:
“Gimana sih caranya pake Act-out?”
“Bang, gw ada rule of three nih, menurut lo gimana?”
“Gimana sih cara pake analogi, dan/atau call back?”
“Bang, boleh minta folbek?”
“Kamu kok eksotis sih?”
“Keluarin dimana nih?”
(Abaikan pertanyaan ke 4, 5 dan 6)

Mungkin ada beberapa komika yang mengira bahwa dengan adanya “jurus” makanya materinya bakalan lucu. Ini adalah sudut pandang yang keliru. Karena menurut gw, “jurus” (seperti rule of three, call back, dsb) itu hanya membuat materi lo menjadi lebih “berwarna”—lucu sih belom tentu, tapi yang pasti berwarna.
Yang penting, menurut gw, adalah lo ngerti dulu di materi yang mau lo bawain ada punchline nya. Jangan menggunakan “jurus” untuk menciptakan punchline, tapi gunakanlah “jurus” untuk mempercantik punchline lo. Sekeren-kerennya “jurus” lo, tapi materinya gak lucu, ya berarti emang cuman keren. Lucu sih engga, tapi keren i….ya menurut lo kalo comic gak lucu, keren gak?! Nah tapi walaupun lo ga ada “jurus”, tapi materi lo emang bener-bener lucu, ya pastinya akan mengundang ketawa dari penonton. Setidaknya juga akan mengundang beberapa pertanyaan dari penonton, kalo beruntung ya pertanyaan 5 dan 6 (Oke, ini udah mulai menyimpang).

But then again, who cares about skills? Penonton akan tetap ketawa kalo materi lo bagus kok, tanpa memperdulikan apakah setlist lo penuh “jurus” atau tidak. “Jurus” emang pengaruh, tapi bukan urutan nomer satu dalam setlist lo. Jangan memaksa premis lo untuk matang dengan menggunakan “jurus”, ketika lo sendiri juga sadar bahwa sebenarnya lo juga belom menemukan sesuatu yang menggelitik dalam premis lo.
I believe that the reason we’re doing stand up comedy, is not to look cooler, but we do it because we love it. So fellows, stop trying so hard to make your setlist cooler, then ends up regretting it. Menurut gw, stand up comedy adalah sebuah kesenian—dan kesenian seharusnya dimainkan dengan hati. Emang sih awalnya kita belajar dengan teori, tapi masa iya kita pake teori terus dan melakukan hal yang kita cintai tanpa hati?
I’m not saying that you shouldn’t read books, that teaches you how to tell jokes..
I’m not saying that you shouldn’t use techniques in your setlists..
I’m just saying, to fuck skill.. Just feel :)
[@GePamungkas for @ComicKomatKamit]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar