“Gue ikut SUCI 5 buat mengubah citra anak STM jadi lebih baik. Serius, anak STM itu citranya jelek. Padahal, anak STM banyak yang kreatif. Misalnya, di berita ada anak STM otomotif bisa bikin motor. Tapi, motornya gak bisa jalan, soalnya girnya dipakai buat tawuran.”
Itulah salah satu materi stand up yang dibawakan Rahmat Hidayat (19) atau dikenal dengan panggilan Rahmet dalam kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas TV Season 5. Hingga artikel ini ditulis, Rahmet masih bertahan di tiga besar SUCI 5 bersama Indra dan Rigen.
Dalam kompetisi tersebut, Rahmet tampil dengan persona yang unik, yaitu sebagai anak STM. Berbagai pengalamannya selama di STM menjadi materi stand up yang sukses mengocok perut para juri dan penonton.
Kehidupan di STM memang menarik untuk dibahas. Dalam salah satu penampilannya, Rahmet menceritakan alasan anak STM jarang bayar makanan di kantin. Menurut Rahmet, uang jajan anak STM itu sangat kecil. Contohnya, dia yang hanya dibekali uang jajan Rp 5.000.
“Teman gue ada yang cuma dikasih bekal dua ribu lima ratus. Ada juga yang cuma seribu. Bahkan, ada yang cuma dibekali se-ma-ngat. Makanya kalau anak STM ke kantin gak bayar makanan bukannya bandel, melainkan kami menyambung hidup,” ujar Rahmet dengan gaya khasnya.
Kehidupan
Materi-materi Rahmet memang membuat kita melihat lika-liku kehidupan STM dari sisi yang berbeda. Citra anak STM yang bagi beberapa orang identik dengan tawuran, ternyata memiliki cerita-cerita yang lucu dan unik. Tak heran jika banyak orang yang semakin penasaran dengan kehidupan anak-anak di STM.
Hal ini bisa dilihat dari follower akun Twitter Rahmet (@RahmetAbabil) yang kerap menanyakan seputar kehidupan di STM. Lucunya, selama bulan Ramadhan, Rahmet mengganti nama akunnya dari Rahmet menjadi Met Puasa, plesetan dari “Rahmet Puasa”.
Salah satu pertanyaan yang kerap diajukan kepada Rahmet via Twitter yaitu, “seperti apa kegiatan puasa di STM?” Ketika ditemui pada Rabu (17/6) di Studio Orange Kompas TV, Rahmet menjawab beberapa pertanyaan seputar pengalaman puasa di STM dan harapannya pada masa depan.
Menurut Rahmet, puasa di STM mirip dengan di sekolah lain. Namun, puasa di STM memiliki godaan yang sangat besar karena banyak yang tak puasa. “Waktu dulu di STM, saya sebenarnya puasa cuma karena terpengaruh yang lain jadi ikut gak puasa. Padahal, dari SD sampai SMP, saya rajin puasa. Tapi, kalau sekarang sih Insya Allah, saya full puasanya,” ungkap Rahmet.
Keluarga
Bagi Rahmet, bulan puasa merupakan bulan untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini terutama dirasakan ketika berbuka puasa dan sahur. Selain bulan puasa, Rahmet mengaku keluarganya jarang berkumpul makan bersama-sama.
“Di luar bulan puasa, kita makannya di tempat yang beda-beda. Makan malam juga suka masing-masing. Namun, di bulan puasa kita bisa makan bareng. Tapi, bukan di satu meja karena gak ada meja makan, jadi kami makan bareng di bawah pakai tikar. He-he-he,” ujarnya.
Walaupun puasa kali ini jauh dari keluarga, Rahmet mengaku tetap nyaman. Pasalnya, dia merasa menjadi bagian dari sebuah “keluarga” di SUCI 5 ini. Sembari sahur, Rahmet mengaku sering bercanda dengan rekan-rekan sekaligus membahas materi stand up.
Rahmet berharap kiprahnya di SUCI 5 bisa menjadi berkah untuk keluarga. “Saya berjuang dan berharap bisa menjadi juara, tetapi bagaimana nanti takdir yang berbicara. Saya minta doa saja dari keluarga. Jika nanti menang, saya ingin membantu bayar utang agar bisnis tahu Bapak bisa sukses kembali. Semoga saya bisa mengangkat derajat orangtua dan keluarga,” pungkasnya. [INO]
noted: anak stm yang berjuang demi keluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar