Tak pernah
tebersit dalam benak Dzawin Nur Ikram untuk menjadi comic—stand up comedy-an.
Berawal dari coba-coba mengisi acara stand
up comedy yang diadakan oleh Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
yang digelutinya, Dzawin mulai menyukai pertunjukkan komedi tunggal ini. Sejak
itu, ia tertarik untuk belajar stand up
comedy lebih dalam lagi.
Pada awal perjalanannya
di dunia stand up comedy, ia mendapat pengalaman buruk. Dzawin diundang untuk
mengisi acara ulang tahun Fakultas Adab dan Humaniora. Saat itu, tak satupun penonton tertawa
dengan guyonannya. “Dilihatin orang dari lantai 1 sampai lantai 7, mereka ngga ada yang ketawa,” kenangnya.
Karena pengalaman
itu, Dzawin sempat vakum dari stand up
comedy. Setelah satu tahun, Dzawin akhirnya mencoba memulai kembali
kegiatannya ber-stand up comedy dengan bergabung di berbagai komunitas.
Mahasiswa jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) ini menjelajah dari satu komunitas ke komunitas
stand up comedy yang lain. Ia
mencari-cari informasi komunitas dari internet. “Dulu
nyari-nyari komunitas di kaskus, ternyata banyak komunitas stand up di sana. Pernah coba di komunitas stand up comedy Depok,
Serpong, dan sekarang gabung di Bogor,” ujarnya.
Setelah
menjajaki beberapa komunitas, jejaka asal Bogor ini berani unjuk gigi dalam ajang pencarian bakat Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 di Kompas Tv. Dzawin
mengikuti audisi tersebut di Bandung. Dari banyaknya kontestan yang mengikuti ajang pencarian bakat tersebut, hanya
45 finalis mendapat golden tiket, Dzawin termasuk di dalamnya, bahkan ia bertahan hingga tujuh besar. “Dari 45, diseleksi lagi 20, dan sekarang yang tersisa tinggal 7
finalis,” ujar santri lulusan Latansa ini.
Dzawin memaparkan, awal-awal mencoba stand
up comedy ia hanya mengikuti omongan orang lain, yang penting lucu. Tetapi
sekarang, ia mulai berpikir ketika diberi waktu untuk bicara harus ada pesan
penting yang ingin disampaikan.
Dzawin juga menambahkan, dalam pembuatan
materi dibutuhkan pemikiran yang matang. Selama ini, ketika membuat materi ia sharing
dengan guru stand up comedy-nya, Jui
Purwoto dan teman-teman komunitasnya.
Baginya, untuk membuat materi yang berkesan
bukanlah hal mudah. Comic dituntut untuk berpikir kreatif, pandai
mengeksplorasi ide, dan lugas dalam menyampaikan pesan lewat guyonan di atas
panggung.
Meskipun kini Dzawin telah tampil di
televisi, bukan ia tak pernah mendapat tentangan dari orang tuanya. “Dulu sempat
ngga diizinin orang tua karena nyita waktu banget, tapi sekarang udah
masuk tv ya setuju-setuju aja,” guyonnya.
Karena kesibukkan menjadi salah satu
finalis SUCI 4, Dzawin memutuskan untuk tidak mengambil kuliah pada semester
ini. Rencananya, ia pun akan mengambil cuti pada semester depan. “Di Kompas dikarantina selama 3 hari, dan 2
hari disediakan untuk menyiapkan materi, kesemuanya dilakukan pada hari
kuliah,” jelas Dzawin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar